Selasa, Maret 30, 2010

Membanting Demokrasi



Masyarakat dunia banyak yang memilih demokrasi sebagai landasan negara. Karena demokrasi dianggap dapat menjawab semua persoalan kenegaraan, sesuai dengan slogannya, “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”. Namun apa benar retorika tersebut dapat menjawab semua persoalan? Apakah benar demokrasi itu sempurna?

Suara rakyat adalah suara Tuhan

Ahli filsafat pasti pandai beretorika. Mereka berniaga demokrasi menggunakan nama rakyat. Di mana permasalahannya? Saya fokus pada subjek, objek, sekaligus predikatnya, maksud saya adalah “rakyat”.

Dalam suatu tatanan demokrasi setiap permasalah akan dijawab dengan voting. Sesuai dengan slogan lainnya yaitu, “suara rakyat adalah suara Tuhan”. Namun apa benar suara rakyat bisa disamai dengan kesempurnaan suara Tuhan?

Mari kita membahas masalah kekurangan voting dengan mengambil contoh. Misal, dalam sebuah rumah terdapat sepuluh orang penghuni yang sedang mencoba memecahkan suatu masalah. Masalahnya adalah apakah di dalam rumah tersebut diperbolehkan praktik mesum/zina? Lalu mereka menyelesaikannya dengan voting, tujuh orang penghuni mengizinkan praktik mesum karena selama ini memang merekalah yang ahli mesum, sedangkan suara yang tiga lainnya pasti kalah. Pastinya rumah tersebut menjadi rumah mesum. Jika ditinjau dari sudut budaya Indonesia, kemanusiaan, sopan-santun, asusila, apalagi agama sudah pasti keputusan tersebut adalah salah.

Begitu juga dengan pemilihan presiden, voting merupakan cara yang salah. Apalagi jika diterapkan di negara minim pendidikan alias bodoh, maka hasil voting adalah hasil kebodohan. Sesuai dengan pendapat Sudjiwo Tedjo, “ Presiden dan rakyat adalah jodoh, jika presidennya penipu maka rakyatnya adalah ahli tipu(penipu dan korban penipuan).

Kekurangan lainnya dalam pemilu demokrasi adalah rawannya money politik, dan pembodohan-pembodohan lainnya. Karena para calonnya adalah para penjual untuk kursi yang kekuatannya muncul dari money power dan kelicikan.

Sosok seperti apakah yang pantas jadi pemimpin? Seorang pemimpin adalah orang yang cakap, bijaksana, tegas, rendah diri, takut pada Tuhan dan di dalam hatinya terbesit perasaan tidak mau jadi presiden karena khawatir dengan tanggung jawab tapi akan bekerja keras jika diangkat jadi president.

Musyawarah

Lalu dengan cara apa masalah bisa terpecahkan? Masyarakat Indonesia jauh lebih dewasa dimasa lalu daripada hari ini. Masyarakat Indonesia telah mengenal musyawarah sejak dulu, maka dari itu musyawarah tertulis dalam pancasila, tepatnya sila ke_4 yaitu, …..permusyawaratan……Harap kita bisa membedakan antara demokrasi dengan musyawarah. Demokrasi mengedepankan voting sedangkan musyawarah adalah merembukan masalah hingga terciptanya hasil yang mufakat(adil, jelas, tegas, dan memiliki nilai toleransi bagi suara minoritas). Jelas bukan? Musyawarah adalah suatu cara yang paling matang.

Maka kita sebagai orang timur mulailah berhenti mendewakan pemikiran-pemikiran filsuf barat. Karena sesungguhnya awal muncul kebudayaan dan pemikiran yang matang adalah dari timur. Maka banggalah kamu menjadi orang timur.

Demokrasi atau voting bukanlah jawaban untuk memecahkan masalah kerakyatan, melainkan rakyat akan menjadi sejahtera jika kita mau bermusyawarah dengan hati yang bersih untuk rakyat.

1 komentar:

Jadilah Yang Pertama berkomentar