Sabtu, Mei 22, 2010

Bagaimana Saya Bisa Menghujat ?

Serentetan kalimat maki dan hujatan memberondong bak AK-47, semuanya tertuju pada teroris yang mengatasnamakan Islam.

Ribuan polisi dan anjing pelacak dikerahkan untuk mengendus jejak tersangka sampai-sampai penulis tidak tahu mana yang anjing mana yang polisi.

Tiba-tiba secara serentak bapak-bapak berpeci mencari muka di hadapan publik dengan mengajak memusuhi teroris.

Hal yang membuat saya bingung kenapa bapak berpeci tidak pernah mengajak masyarakat untuk memusuhi AS yang jelas-jelas cengkraman kapitalisnya membuat rakyat miskin, membuat para pemuda merasa lebih bergengsi makan di Pizza Hut dibanding makan di warung bakso yang mangkal dan Ibu-ibu dangdutan ( Istri pejabat dan istri-istri perlente yang lainnya) lebih bangga beli sekilo telur di Carefour daripada di toko si Uda.

Mari balik ke topik utama

Dengan segala hujatan dan ajakan-ajakan tersebut membuat penulis bingung. Kenapa di TV dan surat kabar berita dan dialog serasa tidak seimbang. Penulis melihat orang-orang yang muncul adalah ustad-ustad kapitalis ( ustad yang mengemban ilmu agama namun hidupnya bergelimpangan harta. Padahal menurut Islam kesederhanaan adalah yang utama. Ustadz kapitalis adlaha ustadz yang menerima amplop setiap ceramah, parahnya lagi kalo sampai memasang tarif). Penulis hampir tidak pernah melihat ustadz-ustadz yang pro yang seharusnya muncul menjadi alat penyeimbang.

Kenapa MUI ikut menghujat? JELAS!!! mereka kan hidup dari menjual fatwa, mereka mengkomersialkan Agama. Apalagi gaji mereka selama ini dibayar oleh negara, tidak menutup kemungkinan mulut mereka pun disetir oleh negara. Bahayanya negara kita selama ini disetir oleh AS.

Dalam tulisan ini penulis tidak bermaksud mengajak pembaca untuk pro terhadap teroris adapalagi menghujat. Karena saya khawatir teman-teman yang pro maupun menghujat catatan Agamanya belum sempurna dan hanya akan menghasilkan pendapat yang subjektif bukan objektif.

Dalam tulisan ini penulis mengajak pembaca untuk selalu bertanya dalam diri sendiri seperti ini :
1. Bagaimana saya bisa menghujat? Al-Quran pun jarang saya baca apalagi mengerti maknanya.
2. Bagaimana saya bisa menghujat? Solat saya pun belum tepat waktu malah terkadang tidak solat karena lupa.
3. Bagaimana saya bisa menghujat? Saya masih bermimpi menjadi orang yang kaya raya.
4. Bagaimana saya bisa menghujat? Saya masih berzina ( nonton film porno, masturbasi yang lebih parah hub. Intim di luar nikah)
5. Bagaimana saya bisa menghujat? Perang fi sabilillah pun belum pernah bahkan tidak tertarik

Ini masalah krusial kawan. Benang merah antara benar dan salah sangat samar.
Maka janganlah mengeluarkan opini yang positif maupun negatif yang secara jujur kita belum mendalami ilmu dan masalah tersebut

Karena kalau mau menunjuk siapa teroris, penulis dengan segala kekurangannya akan menunjuk kepada AS yang secara terang-terangan membombardir Palestina, Iraq, Afganistan dan menjajah Indonesia dengan bom kapitaslinya mengunakan metode stick and carrot.

Biarkanlah bapak-bapak berpeci terus mencari mukanya, biarkanlah ustadz-ustadz kapitalis mencari kesuciannya dan biarlah kita yang bergelut dalam dunia pendidikan terus mnimba ilmu setinggi-tingginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah Yang Pertama berkomentar