Sabtu, Februari 05, 2011

Aku Memilih Hidup Dengan Logika

Aku hidup diberikan akal oleh Tuhan dan Tuhan pun menciptakan hati yang juga ditancapkan dalam-dalam di tubuh ku. Semua bisa berfungsi dengan baik, tinggal saja bagaimana kita mengasahnya dan bagaimana orang tua membinanya sejak kecil.

Sebagian dari kita ada yang terlalu bodoh karena akalnya tidak peka dengan dunia nyata. Sebagian lagi menjadi biadab karena logikanya membuat hatinya licik. Dan sebagian lagi berhasil menjadi seimbang, disukai banyak orang, namun tetap mampu bijak dalam memilih sesuatu yang akan menjadi pilihannya.

Namun aku, terbenam di dalam kamar dengan kepekaan logika yang tidak terlalu cerdas, hatiku pun membeku dingin di dalam dada. Tapi aku masih beruntung, kelicikan tidak menginveksi tubuh ini.

Ayah minta aku jadi robot yang paham akan perintah dan sempurna dalam menjalankan tugas, ayah bilang hidup harus realistis bahkan harga mati, ayah bilang lakukan yang perlu bukan yang senang bahkan ayah bilang pilih wanita yang berharga bukan yang kita suka dan ayah bilang jangan percaya pada siapapun kecuali diri sendiri.

Ayah terlalu keras, sangat militer dalam mendidik, aku kecewa maka aku berontak. Aku menikmati hidup seperti barisan semut. Membuat koloni yang aku suka dengan asas kepercayaan, persahabatan dan gorong royong. Aku membuat mimpi dan bermimpi. Aku mempunyai wanita yang aku suka dan aku mempercayai siapapun yang berbicara.

waktu yang akan menjawab di mana kebenaran berpihak.

Kenyataan pun berbicara, koloni semut semakin berpencar, sebaian menjadi pencipta masalah bagi sebagian lainnya. Aku terbenam dalam dunia fantasi yang tidak pernah menjadi nyata. Aku terus dibohongi dan "dia" hanyalah wanita yang menjadi cerita.

Aku muak, aku kecewa, aku marah, aku dengki, aku dendam dan aku terus terbenam dalam rasa sakit yang tidak pernah hilang. Aku tahu aku jatuh, aku putus asa dan aku sadar ayah yang aku benci memang benar.

Hingga kini Aku memilih hidup dengan logika namun jangan sampai licik menginveksi jiwa.

Aku hidup mandiri di tengah-tengah koloni, tanpa bersandar, tanpa membantu dan tidak minta dibantu. Take and give satu dibalas satu, membalas kejahatan dengan kejahatan. Tidak gengsi untuk memuji. Abaikan saja orang bicara dan yang terpenting sekarang aku punya kamu yang begitu berharga.

"Selamat menempuh hari esok"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah Yang Pertama berkomentar