Sabtu, Februari 19, 2011

Sajak Palsu Karya Agus R. Sarjono


Sajak ini jelas bukan buatan saya, karena saya jelas-jelas tidak bisa membuat sajak dengan jelas.

Sajak ini dengan sengaja saya copy dari perpustakaan elektronik saya yang memang dengan sengaja saya membuat perpustakaan elektonik agar sengaja bisa saya copy pada nantinya dengan sengaja.

Sajak ini bagus untuk dibaca berulang-ulang sebagai perenungan untuk orang yang suka merenung secara berulang-ulang atau berulang-ulang merenung.

Mari kita simak, Sajak Palsu Karya Agus R. Sarjono

SAJAK PALSU

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu.

Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman palsu. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima
palsu.

Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu.

Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu.

Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.

1998

2 komentar:

  1. Saya rasa kita semua hidup dalam lautan kepalsuan..
    berganti-ganti topeng hingga lupa siapa kita sebenarnya :)

    BalasHapus
  2. @Johnny Wirjosandjojo

    betul mas...seperti nya hal itu yg ingin disampaikan si penulis sajak

    BalasHapus

Jadilah Yang Pertama berkomentar