Senin, Februari 28, 2011

Facebookers dan Perilaku Menyimpang


Memang saya bukan ahli psikolog, bahkan untuk sekedar mengenal istilah kulit psikologi pun belum tentu becus. Tapi saya punya persepsi yang saya lihat atas perilaku masyarakat, khususnya teman-teman dan bukan teman yang telah mengalami sedikit penyimpangan perilaku disebabkan aktivitasnya dengan jejaring sosial bernama Facebook.

Pada intinya fungsi positif jejaring sosial itu sendiri adalah alat untuk mencari info-info yang mungkin kita butuhkan dan juga bisa dimanfaatkan untuk bercengkrama dengan teman yang ada di friend list. Kedua hal ini sangat positif jika kita memanfaatkannya tidak melebihi batas ukuran normal. Seperti apa batasannya? Saya pun tidak tahu

Tapi saya memiliki pandangan objektif yang akan saya persepsikan sesuai dengan akal pikir saya. Contohnya sebagai berikut:

Dalam beberapa hal saya menemukan seseorang menjadi kecanduan selayaknya pengguna narkotik. Rasanya segala aktivitas tidak akan berjalan maksimal sebelum seseorang tersebut mengaktivkan akun Facebooknya. Jika tidak maka rasa kalut, was-was dan gelisah akan meliputi seluruh peredaran darah.

Orang yang telah terinveksi virus kecanduan Facebook umumnya adalah orang yang paranoid eksistensinya berkurang atau istilahnya ia ingin semua orang tahu segala tentang dirinya. Biasanya orang seperti ini sering update status dengan statistik antara 5 menit hingga 10 menit sekali. Pesan yang tertulis pun hanya omong kosong belaka, berupa kalimat romantis, dramatis, ajang curhat bahkan tak jarang yang mengucap doa kepada Tuhan (untuk yang ini saya berharap semoga Tuhan main Facebook agar membaca doa orang tersebut).

Ada lagi yang gila eksistensi dengan cara yang sangat narsis, yaitu upload photo pribadi terus-menerus, dari angel atas yang agak miring ke kanan atau ke kiri hingga angel yang mengharuskan jungkir balik ketika mengshoot kamera. Mulai dari foto bangun tidur hingga foto mau tidur bahkan foto sedang BAB pun ada (sempet-sempetnya foto diri sendiri waktu sedang BAB, ini pasti photografer sejati).

Sebetulnya masih banyak lagi perilaku-perilaku menyimpang dari para Facebookers yang tidak bisa saya paparkan semuanya karena saya malas memaparkann semuanya. Lantas bagaimana bermain Facebook yang positif dan tidak kampungan?

Bermain Facebook akan menjadi positif dan tidak norak tentunya jika akun tersebut dapat memberikan hasil yang positif dan bermanfaat bagi orang lain. Dosen saya pernah menyampaikan saran dalam ruang kuliah tentang bermain Facebook yang positif adalah kita harus pintar-pintar memanfaatkan menu yang ada dalam Facebook itu sendiri. Buat yang hobi menulis silahkan gunakan menu notes sebagai tempat menulis dan jangan lupa di tag ke teman-teman supaya mereka membaca hasil karya kita dan yang hobi photografi (bukan foto-foto ala alay loh) gunakan sebagai wadah memamerkan hasil karya fotografinya.

Lalu dosen saya mengatakan, “Jadilah orang narsis yang terhormat, anda harus terkenal karena tulisan anda atau anda harus terkenal karena keindahan photogrfai anda. Janganlah narsis karena status anda yang menjijikan dan foto-foto pribadi anda yang kampungan.”. Saya kira kalimat yang disampaikan cukup memukul dan menyadarkan semua mahasiswa pada waktu itu.

Untuk saya, Facebook adalah jalur Traffic blog saya . Hehehehe……..

4 komentar:

  1. beda kepala beda cara pake fb nya...gitu aja refot

    BalasHapus
  2. gk ada yg kerepotan kok...justru saya suka, jadi ada inspirasi untuk menulis...hehehe

    BalasHapus
  3. ga setuju sepenuhnya dr pernyataan itu.. karena menurut gue nda sepenuhnya itu benar ada something missing..

    BalasHapus
  4. ya gak apa2 itu kan pendapat mas.....tulisan ini kan hanya hasil kreasi yang mencoba memberikan pendapat dari realitas..coba baca judul blognya dong...

    BalasHapus

Jadilah Yang Pertama berkomentar