Senin, Januari 14, 2013

Memahami Hak Cipta Dari “Budaya Bebas”



Bisnis properti memang sangat menjanjikan dibanding bisnis lainnya. Maka dari itu industri ini selalu menjadi pembahasan yang menarik bagi banyak orang, khususnya yang berambisi untuk mendulang kekayaan dari aktifitas yang meliputinya. Misalnya menguangkan hak guna, hak kepemilikan, hak tayang, termasuk hak cipta.


Memahami Hak Cipta Dari Buku “Budaya Bebas”

Tapi dalam aktifitas yang dilegalkan dan dilindungi oleh undang-undang ini ternyata juga mengandung malapetaka jika dilihat dengan kaca mata lain, terutama dalam persoalan hak cipta. Lawrence Lessig dalam bukunya yang berjudul Budaya Bebas membahas dengan detail tentang kerugian-kerugian kreatifitas yang secara otomatis terpenjara oleh keberadaan label copyright (hak cipta). Kerugian ini yang jika terus menerus tidak dibela, dijelaskan akan menjadi musibah besar bagi kebudayaan umat manusia.

Menariknya, dalam buku yang diterbitkan tahun 2004 ini, juga dipaparkan banyak contoh kasus yang begitu familiar bagi masyarakat dunia, namun jarang disadari. Salah satunya dengan menjabarkan sejumlah prestasi yang berhasil diraih kelompok-kelompok pertunjukan yang mengadopsi kisah Romeo and Juliet karya William Shakeshpear karena kisah tersebut secara bebas bisa produksi ulang oleh siapapun dalam bentuk yang beragam.

Namun di lain hal, tentu tidak akan ada kelompok yang bisa membuat pertunjukan apapun dengan menggunakan tokoh Mikey Mouse, karena tokoh tersebut telah dihakpatenkan oleh Walt Disney, yang jika ada pihak membuat pertunjukan menggunakan tokoh tersebut akan terkena sanksi berupa tuntutan hingga bermiliar-miliar Dollar. Padahal keberadaan tokoh Mikey Mouse itu sendiri ternyata buatan seorang seniman dari Inggris yang tidak pernah menghakpatenkan karyanya, namun Walt Disney mengadopsi dan dipatenkan.

Lebih jauh, buku yang disebarkanluaskan secara gratis oleh Kunci Cultural Studies ini mengingatkan saya kembali pada perseteruan antara PIPA dan SOPA pada pertengahan 2012 kemarin. Awalnya saya mengira persoalan itu hanya masalah pertarungan ekonomi politik para kelompok-kelompok bisnis besar di dunia belaka. Namun, setelah membaca buku ini saya melihat, ternyata ada hal yang lebih ideologis dalam pertarungan itu, tentang kemajuan budaya melawan kapiltalis.

Sebagai sarana penambah wawasan tentang kebudayaan kontemporer yang mendalam, saya merekomendasikan buku ini untuk wajib dibaca. Karena kita akan melihat dengan gamblang berbagai macam rencana busuk yang mematikan kebebasan kreatifitas demi hegemoni ekonomi perusahaan-perusahaan besar di dunia. Buku ini juga, memaparkan beberapa kerangka teoritis tentang pilihan-pilihan solusi untuk menjawab persoalan ini, tentu setiap teori dijelaskan dengan imbang, termasuk untung dan ruginya bagi setiap pihak.

Dapat diunggah di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jadilah Yang Pertama berkomentar